Jumat, September 18, 2009

Selasa, September 15, 2009

Umat Harus Kuat di Bidang Pendidikan, Kesehatan dan Ekonomi

Jakarta,9/9(Pinmas)--Dinamika dan pertumbuhan umat Islam di kawasan melayu tidak hanya memberikan harapan dan hasil yang pasti untuk membangkitkan umat Islam dari keterpurukan, tetapi juga berupaya untuk mengangkat derajat umat Islam dalam percaturan dunia. Namun demikian ada tiga hal yang harus diperhatikan umat Islam nusantara ini, yaitu pendidikan, kesehatan dan ekonomi.
Demikian dikemukakan Kepala Badan Litbang dan Diklat Depag, Prof Dr Atho Mudzhar pada silarurahmi dan dialog ulama serta intelektual Islam: menyikapi perkembangan sosial keagamaan umat Islam di era kontemporer yang diselenggarakan Yayasan Dakwah Malaysia Indonesia (Yadmi) di Jakarta, Rabu (9/9) sore.
"Ketiga hal itu sangat penting bagi umat Islam, tidak boleh salah satunya lemah karena mengakibatkan kita mudah tergelincir," papar Atho.
Menurut Atho Mudzhar memperjuangan tidak hal itu bagi kepentingan umat juga merupakan jihad fi sabilillah. Jihad tidak hanya dapat dilakukan umat dengan berperang, tapi beragam cara, termasuk juga berbakti kepada ibu-bapak.
Sementara itu mantan Mufti Johor Malaysia Datuk M. Nuh mengatakan keberadaan umat Islam di kawasan Melayu mulai diperhitungkan berdasarkan pada khazanah keilmuan yang dikembangkan oleh para ulama dan Intelektual di Alam Melayu serta membawa dampak positif bagi seluruh umat Islam di Dunia.
"Ulama berperan mengatur strategi mengembalikan izzah, nama baik Islam," kata Nuh.
Para ulama dan intelektual Islam di Alam Melayu mengharapkan peranan umat Islam Indonesia dan Malaysia untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Kuatnya pengaruh budaya dan rekayasa peradaban dunia saat ini, juga menimbulkan kesadaran pada umat Islam di kedua negara rumpun Melayu yang berkembang ke arah yang lebih maju. "Kembalikan marwah umat, wujudkan kekuatan ekonomi melalui wakaf dan baitul mal," ujarnya.
Ketua Dewan Pembina Yadmi KH DR Tarmizi Taher mengatakan, dewasa ini perkembangan sosial keagamaan umat Islam kontemporer di Indonesia dan Malaysia mengalami dinamika sangat berarti bila dikaitkan dengan jumlah umat Islam yang mayoritas menganut paham Islam Ahlus Sunnah Wal Jamaah.
Dinamika sosial umat Islam ditandai dengan maraknya persoalan sosial keagamaan yang semakin meningkat pada tingkat akar rumput (grass root) di kedua negara satu kawasan dan rumpun kultur Melayu.
Pada Kamis, 10 September 2009, Yadmi bekerjasama dengan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Balitbang Depag mengadakan Seminar Internasional Tajdid Pemikiran Islam: Ahlus Sunnah wal Jama`ah di era liberalisasi pemikiran Islam dengan pembicara KH. Dr. dr. Tarmizi Taher, Datuk Mohammad Nakhaie Ahmad (Ketua Yayasan Dakwah Islamiah Malaysia - YADIM), Prof. Dr. H.M. Atho Mudzhar, Prof. (Emiritus) Dr. Osman Bakar (Universitas Malaya Malaysia), Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj (Ketua PBNU), Prof. Dr. Idris Zakaria (Universitas Kebangsaan Malaysia), dan Prof. Dr. Hamdani Anwar (UIN Jakarta). (ks)

Pendidikan Jangan Diabaikan

Prof.Moh.Ali : Pembangunan Pendidikan Jangan Terabaikan
Foto

Jakarta, 8/9 (Pinmas)--Dirjen Pendidikan Islam Departemen Agama Prof Dr Mohammad Ali mengingatkan pembangunan bidang pendidikan jangan terabaikan agar tekad menjadikan bangsa Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur dapat dicapai.
"Pembangunan nasional berkelanjutan membutuhkan sumber daya manusia berkualitas secara memadai," kata Mohammad Ali kepada wartawan di Jakarta, Selasa, yang juga disebarkan melalui surat elektronik.
Guru besar Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, yang meraih doktor dari IPB menyatakan ketentuan perundangan bidang pendidikan sudah cukup.
"Saat ini kondisinya menantang segera diimplementasikan secara komprehensif dan akurat," kata pendidik yang pernah meraih gelar master dari IKIP Bandung dan Universitas Pittsburgh Amerika Serikat.
Mohammad Ali menyampaikan pandangan itu terkait rencana bedah buku karyanya yang berjudul "Pendidikan Untuk Pembangunan Nasional" dalam waktu dekat ini. Pendidikan nasional, menurut Ali, harus berorientasi kepada pembangunan nasional.
Program pendidikan diarahkan kepada perwujudan masyarakat Indonesia yang beriman kepada Tuhan dan berakhlak mulia, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki kecerdasan intelektual, sosial dan spiritual, memiliki kecakapan hidup, berbudaya dan berkepribadian Indonesia, katanya.
"Kesempatan memperoleh pendidikan berkualitas harus sungguh-sungguh merata dan dikelola secara efektif, produktif, afisien, akuntabel dan transparan," katanya.
Sejumlah hal yang perlu diperhatikan dalam menciptakan pendidikan nasional yang berkualitas, kata Ali, antara lain kualitas guru dan dosen, fasilitas belajar yang cukup dan sesuai standar, relevansi kurikulum, dan kualitas perguruan tinggi yang masih belum memuaskan.
Ali memaparkan saat ini baru terdapat 40 persen guru yang disertifikasi, tiga persen anak SD/MI dan tujuh persen anak SMP/MTs yang belum tertampung di bangku pendidikan (unreachable).
Selain itu masih lebih dari lima persen siswa yang tidak lulus ujian akhir nasional, 13 persen ruang kelas SD dan SMP dalam kondisi rusak, dan baru 70 persen SMA yang memiliki perpustakaan."Kondisi ini harus segera ditangani dengan baik," katanya.
Ia juga menyoroti materi yang dipelajari di sekolah banyak yang kurang relevan dengan bidang-bidang pekerjaan yang tersedia sehingga meningkatkan pengangguran.
"Jalan keluarnya antara lain mengintensifkan pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup, kewirausahaan," ujar pria kelahiran Cirebon tahun 1953 yang pernah menjabat Dekan Fakultas Pendidikan Universitas Indonesia itu.
Peraih penghargaan dari Yayasan Sumitomo Jepang itu optimistis program pendidikan dapat dijalankan dengan baik. (ant/ts)

Senin, Agustus 31, 2009

MADRASAH, KOMUNITAS YANG TERBAYANGKAN

Oleh : Adang Hambali

Mencitrakan madrasah sebagai “komunitas yang terlupakan” (forgotten community) atau “komunitas yang terpinggirkan” (margined community), sudah saatnya untuk mulai diminimalisir dan dihindari. Sebab, citra-citra yang diterapkan dan dibangun pada madrasah maupun “pendidikan islam” secara umum saat ini cenderung (selalu) negatif. Citra-citra ini dibangun dari dalam maupun dari luar. Yang pada gilirannya hanya membuat citra madrasah dan guru madrasah selalu dianggap “buruk”, “negatif”, “tertinggal”, “takterperhatikan”, atau stereotip-stereotip negatif lainnya.

Dalam penelitian saya di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), hal ini justru membawa preseden buruk bagi perkembangan pendidikan Islam di Indonesia secara umum. Sebab, citra negatif yang terus-menerus terbangun (constructed image), cenderung menumbuhkan pesimisme dan rasa minder di tengah-tengah mereka yang bersinggungan dengan dunia madrasah. Bila terus menerus dibiarkan, tentu saja hal ini akan membawa dampak buruk berupa stagnasi atau bahkan degradasi kualitas madrasah, sebab citra tadi akan menjadi “kurung” yang akan menghalangi seluruh stakeholders madrasah untuk berkembang dan berinovasi.

Komunitas yang terbayangkan

Persoalan citra, mungkin sepintas seperti persoalan sederhana. Namun, menurut David Chaney (1996), citra bisa membentuk persepsi, persepsi membentuk sikap, sikap membentuk perilaku, dan perilaku menentukan citra yang baru. Dari sini, ada dua efek yang mungkin terbangun. Pertama, bila citra negatif yang selalu disematkan pada madrasah mampu membangun “daya berontak” untuk keluar dari citra negatif tersebut, mungkin akan sangat baik. Sabab dari sini akan muncul kalangan yang berusaha mengubah citra itu menjadi citra yang baik.
Namun celakanya efek yang kedua, bila citra negatif itu ditangkap sebagian orang yang lain, yang terbangun justru adalah rasa minder dan pengakuan diam-diam (silent confession) atas citra negatif tersebut. Di benak para pendiri PGM, mungkin efek pertama yang terbangun. Namun di benak sebagian yang lain—seperti saya, efek kedua diam-diam menyelinap dalam hati; membuat saya mengelus dada dan berkata, “oh, malangnya madrasah…”
Istilah “komunitas terbayangkan” mungkin sudah tidak asing lagi di ranah ilmu sosial, baik kajian budaya, sosiologi, politik, maupun hubungan antarbangsa. Istilah ini diperkenalkan oleh seorang sosiolog asal Cornell University, Bennedict Anderson, dalam bukunya yang berjudul Imagined Community (1991). Sebenarnya Ben Anderson berusaha menganalisis masalah kesukuan dan kebangsaan. Ia berusaha menemukan jawaban atas pertanyaan mengapa masyarakat dari suku-suku tertentu yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia selalu bersatu dengan masyarakat lain yang sesuku, dan membayangkan kampung halamannya sebagai “komunitas terbayangkan” yang harus dijaga nama baiknya, diharumkan namanya.
Bila kita berada di luar Jawa Barat (Sunda), di Moskow misalnya, dan bertemu dengan seseorang yang juga berasal dari Sunda, kita akan bercengkrama akrab tantang Sunda; tentang Gunung Tangkuban Parahu, Prabu Siliwangi, atau masa depan budaya Sunda; tidak tentang Rusia atau pemerintahan Tsar yang digusur Lenin. Walaupun tidak pernah bertemu, tidak pernah berinteraksi, tidak pernah melakukan kontak, atau sudah lama kehilangan kontak, kita akan tetap (merasa) menjadi satu komunitas, merasa satu Sunda: “komunitas yang terbayangkan”.
Bila citra madrasah sebagai “komunitas yang terbayangkan” ini terbangun dengan baik, maka mereka yang di Ciamis, Cianjur, Bandung, Cirebon, Garut, atau di manapun yang memiliki hubungan tertentu dengan madrasah akan merasa sebagai satu komunitas yang terhubung satu sama lain dan memiliki tanggung jawab untuk menjaga nama baiknya, mengharumkan namanya.
Mengapa berusaha menjadikan Imagined Community sebagai citra madrasah? Sebab inilah yang paling dibutuhkan madrasah sebagai matra penting pendidikan Islam (di Indonesia) saat ini. Rasa memiliki yang tinggi, rasa kesatuan, dan tanggung jawab untuk bersama-sama memajukan madrasah adalah modal penting yang harus dimiliki. Sebagaimana yang terjadi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, ia merupakan kekuatan potensial dalam melahirkan solidaritas antar anggota komunitas: solidaritas untuk membangun madrasah, solidaritas untuk meningkatkan peran madrasah di berbagai aspek, solidaritas mencapai suatu tujuan yang telah digantungkan bersama.
Coba hitung berapa orang yang mungkin terhubung dengan komunitas madrasah ini? Tentu banyak sekali. Bila citra komunitas yang terbayangkan ini terbangun dengan baik, maka, seperti diutarakan Ben Anderson, perasaan sebagai anggota komunitas yang terbayangkan tak terpengaruh ruang dan waktu. Siapapun yang pernah berhubungan dengan madrasah akan memiliki rasa memiliki terhadap madrasah, meskipun mereka telah tersebar di berbagai bidang kehidupan; guru madrasah maupun bukan, santri madrasah maupun bukan, pemegang kebijakan madrasah maupun bukan.

Apresiasi untuk PGM

Keberadaan Persatuan Guru Madrasah (PGM) dengan visi “Terwujudnya Guru Madrasah yang Berkualitas, Sejahtera, dan Bermartabat”, mungkin bisa menjadi awal yang baik dalam rangka membangun citra madrasah sebagai “komunitas yang terbayangkan” di kalangan para guru madrasah. Para guru madrasah di Jawa Barat, baik guru mengaji, RA, MI, MTs, maupun MA yang berada di seluruh daerah di Jawa Barat, sudah memiliki visi yang satu tentang madrasah, dan ini merupakan prestasi besar yang perlu mendapatkan apresiasi besar pula dari Dinas terkait maupun pemerintah daerah.
Akhirnya, bila kelak terbangun persatuan alumni madrasah, atau organisasi-organisasi lain yang manisbatkan diri pada madrasah, layaknya PGM, rasanya madrasah sebagai “komunitas yang terbayangkan” sudah bukan bayangan lagi. Bila solidaritas dan rasa ke-madrasah-an telah terpatri di hati, maka komitmen untuk bersama-sama memajukan madrasah sebagai garda depan pendidikan Indonesia bukan lagi mimpi belaka.
Anda di Garut, Bogor, Depok, atau di manapun, saya di Bandung, mari bersama-sama memajukan dunia pendidikan Indonesia melalui garba madrasah. Sebab kita berasal dari komunitas yang satu, komunitas yang (selalu) terbayangkan.
(Adang Hambali : Penulis, Kandidat Doktor Pendidikan UPI, Pengajar di Fakultas Pendidikan Agama Islam UIN Bandung)

WORKSHOP NSM BARU

Beberapa waktu lalu, tepatnya pada hari Rabu s.d Jumat tanggal 26 s.d 29 Agustus 2009 di Hotel Endah Parahyangan Bandung telah dilaksanakan Workshop Penyusunan Nomor Statistik Madrasah baru yang dilaksankan oleh Bidang Mapenda Islam Kanwil Departemen Agama Provinsi Jawa Barat.
Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka mensukseskan Program Departemen Agama RI. Adapun latar belakang dilakukannya penyusunan NSM baru ini antara lain :
1. Meningkatkan tertib administrasi
2. Membedakan antara satu jenjang pendidikan madrasah dengan jenjang pendidikan madrasah lainnya
3. Memperoleh Databased madrasah, guru madrasah, sarana prasarana madrasah, dan siswa madrasah, sehingga data-data madrasah tersebut menjadi lebih valid
4. Perkembangan madrasah yang sangat pesat
5. Adanya pemekaran wilayah, baik provinsi maupun kabupaten/kota di Indonesia
Kegiatan ini diikuti oleh 60 orang peserta, yang merupakan utusan dari Kandepag Kabupaten/Kota se-Jawa Barat, MK2MI, MK2MTs, MK2MA, IGRA dan PGM.
Dalam kesempatan ini hadir Kepala Kanwil Departemen Agama Provinsi Jawa Barat yang dalam sambutannya menyampaikan bahwa dalam rangka eksistensi madrasah, madrasah harus proaktif terhadap kebijakan-kebijakan yang ada, lebih lanjut dikatakan oleh Kepala Kanwil bahwa NSM perlu dirubah untuk memberikan kejelasan tentang keberadaan madrasah dan pengendalian data madrasah (akurasi data).
Dalam kesempatan ini diinformasikan pula kegiatan Mapenda dalam waktu dekat ini, antara lain :
1. Seleksi Guru, Kepala Madrasah, dan Pengawas Teladan
2. Seleksi Guru Madrasah bertaraf Internasional (bagi penerima Beasiswa S2 Depag dan memiliki TOEFL 450)
3. Seleksi Calon Kepala MA dan Pengawas.
(lebih lengkap tentang topik ini dapat dilihat di Situs Departemen Agama RI dan Kandepag Kabupaten/Kota)

Senin, Agustus 10, 2009

Sambutan Gubernur Jabar Dalam Pembukaan PORSENI Guru Madrasah

Gubernur Jawa barat dalam Sambutan Pembukaan PORSENI PGM I Tingkat Jawa Barat Tahun 2009 di Sukabumi menyatakan bahwa kegiatan ini mempunyai kaitan erat dengan Visi Jawa Barat, yaitu Tercapainya Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis dan Sejahtera. Atas dasar rumusan visi tersebut, maka harapan yang ingin dicapai pada tahun 2013 adalah : Terwujudnya Manusia Jawa Barat yang Agamis, Berakhlak mulia, Sehat, Cerdas, Bermoral, memiliki spirit Juara dan Siap Berkompetisi.
Dalam sambutan ini Pemerintah Jawa barat mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada Bupati Sukabumi, Pimpinan DPW dan DPD PGM se-Jawa Barat, Kepala Kaneil Dep. Agama Jawa Barat serta kepada seluruh jajaran panitia penyelenggara atas prakarsa penyelenggaraan kegiatan yang menurut Gubernur Jawa Barat sangat sarat dengan makna.
Selanjutnya Gubernur Jawa Barat sangat yakin bahwa melalui kegiatan ini akan lahir insan-insan pendidik, guru madrasah yang Agamis, Berakhlak mulia, Sehat, Cerdas, Bermoral, memiliki spirit Juara dan Siap Berkompetisi.
(Badrudin)

Porseni Guru Madrasah Tingkat Jabar.......... LUAR BIASA...... !!!

Sukabumi, 6-8 Agustus 2009
Guru Madrasah telah menorehkan sejarah baru, hal ini terbukti dengan diselenggarakannya Perhelatan Pekan Olahraga dan Seni Persatuan Guru Madrasah serta Pameran Kreativitas dan Potensi Guru Madrasah Tingkat Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 di Kabupaten Sukabumi yang merupakan PORSENI Guru Madrasah Pertama di Jawa Barat bahkan di Indonesia.
PORSENI I PGM Jawa Barat Tahun 2009 ini dikuti oleh 24 DPD PGM Kabupaten/Kota dari 26 Kabupaten/Kota yang ada di Jawa Barat dan diikuti oleh lebih kurang 1.000 (seribu) peserta yang akan bertanding dalam cabang olahraga Gerak Jalan (pa/pi), Bulu Tangkis (pa/pi), Tenis Meja (pa/pi), Bola Voli (pa/pi), catur dan seni Kaligrafi serta Karaoke Qasidah.
Bupati Sukabumi dalam sambutan selamat datangnya menyatakan salut atas terselenggaranya kegiatan ini.
Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Jawa Barat dalam sambutannya menyatakan bahwa kegiatan ini memiliki nilai yang sangat strategis dalam meningkatkan silaturrahim antar guru madrasah sekaligus meningkatkan prestasi guru madrasah dan lebih dari itu kegiatan ini dapat dijadikan media syiar Islam ditengah-tengah masyarakat.
Selanjutnya Kepala Kanwil menyatakan bahwa walaupun belum sewindu umur PGM Jawa Barat, namun telah mampu membuat prestasi yang luar biasa, antara lain dengan mengadakan seminar-seminar, diklat guru madrasah, pembinaan kader dan PORSENI Guru Madrasah. Kepala Kanwil berharap agar PGM mampu menjadi organisasi yang benar-benar profesional, mampu mewujudkan guru madrasah yang dapat dibanggakan dan berprestasi.
Dalam kesempatan ini diserahkan pula Penghargaan Tokoh Peduli Pendidikan Madrasah yang diberikan oleh DPW PGM kepada 7 (tujuh) Bupati/Walikota se-Jawa Barat, yaitu :
1) Bupati Sukabumi, 2) Bupati Bogor, 3) Bupati Kuningan, 4) Bupati Indramayu, 5) Walikota Depok, 6) Walikota Cirebon, dan 7) Walikota Bekasi
Adapun kriteria pemilihan tersebut adalah kepedulian para kepala daerah dengan memberikan Tunjangan Fungsional kepada guru madrasah, beasiswa madrasah (MI, MTs, MA) dan bantuan dana pemberdayaan PGM melalui APBD Kabupaten/Kota. PGM berharap dengan pemberian penghargaan ini menjadi contoh dan motivasi Bupati/Walikota lain di Jawa Barat dalam meningkatkan kepeduliannya terhadap dunia madrasah.
(Badrudin)

Sabtu, Agustus 01, 2009

DPD PGM se-Jawa Barat mendapatkan bantuan Dana Pemberdayaan PGM

Dalam rangka meningkatkan peran dan fungsi Persatuan Guru Madrasah Provinsi Jawa Barat (bersama-sama dengan MGMP PAI SMP dan Pokjawas), maka DPD PGM se-Jawa Barat mendapatkan bantuan pemberdayaan PGM sebesar Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah) yang bersumber dari DIPA Kanwil Departemen Agama Provinsi Jawa Barat.
selengkapnya klik judul.......

Sehubungan dengan hal tersebut kami mohon kepada seluruh DPD PGM se-Jawa Barat untuk segera menyampaikan kelengkapan berkas pencairan penerima bantuan pemberdayaan PGM, dengan persyaratan :
1. Surat permohonan pencairan
2. Surat Pernyataan (lembar ke-1 bermaterai Rp 6.000,-)
3. Kwitansi (lembar ke-1 bermaterai Rp 6.000,-)
4. Rencana Penggunaan Anggaran Biaya (RAB)
5. Foto Copy buku rekening (atas nama organisasi, bukan atas nama pribadi) Bank BRI
6. Foto Copy SK Pengurus
7. Foto Copy NPWP
8. Proposal Kegiatan

Catatan :
1. Persyaratan tersebut diserahkan ke alamat : Ketua Umum DPW PGM Jawa Barat d/a Kantor Depag Kota Bekasi, Komplek Islamic Centre, Jl. Ahmad Yani, Kota Bekasi
2. Persyaratan tersebut dibuat rangkap 6 (enam), dengan ketentuan 5 (lima) rangkap diserahkan ke Kanwil Departemen Agama Provinsi Jawa Barat dan 1 (satu) rangkap untuk DPW PGM Provinsi Jawa Barat.
3. Keterangan lebih lanjut hubungi Badrudin (08121803428)

Kamis, Juli 30, 2009

Menag Saat Membuka Kemnas: Madrasah Harus Multifungsi

Malang, 29/7 (Pinmas)--Menteri Agama Maftuh Basyuni mmembuka Kompetisi dan Expo Madrasah Nasional (Kemnas) di Malang, Jawa Timur, mengatakan, madrasah harus tetap mempertahankan karakteristiknya, sekaligus bisa tampil sebagai lembaga multifungsi yang berbeda dengan lembaga pendidikan atau sekolah umum.
Selengkapnya klik judul diatas...........

"Ke depan, madrasah harus mampu tampil sebagai lembaga multifungsi, di antaranya sebagai lembaga pendidikan formal, wadah pengembangan dakwah serta lembaga pemberdayaan masyarakat secara riil," ucapnya di Malang, Jawa Timur, Rabu (29/7).
Menurut Menag, untuk menjadi lembaga multifungsi yang berkualitas, harus dimulai dari pengelolaan administrasi yang lebih baik dan memiliki karakteristik tersendiri.
Dewasa ini, perkembangan lembaga pendidikan Islam, termasuk madrasah, juga mengalami modernisasi yang tidak bisa dihindari. Bahkan, ada pergeseran paradigma untuk menyesuaikan dengan kebutuhan global.
Namun, karakteristik sebagai lembaga pendidikan Islam harus tetap dipertahankan oleh madrasah, agar tidak tercerabut dari akarnya dan tujuan utama pendirian pendidikan madrasah tidak luntur.
Maftuh Basyuni menambahkan, madrasah memiliki keunggulan tersendiri dan sudah diwujudkan secara riil dengan tingginya angka partisipasi masyarakat yang peduli terhadap pendidikan di lembaga tersebut.
Berdasarkan data statistik internal Depag, jumlah madrasah negeri lebih sedikit dibanding madrasah swasta, yakni 91 persen madrasah dikelola swasta. Ini berbalik dengan sekolah umum, yang 90 persen berstatus negeri dan 10 persen swasta.
Wakil Gubernur (Wagub) Jatim, Saifullah Yusuf, mengatakan lulusan madrasah tidak kalah bersaing dengan lulusan sekolah umum, sebab sudah banyak bukti lulusan madrasah bisa menduduki berbagai jabatan.
"Lulusan madrasah bisa menjadi pejabat apapun, sehingga lulusan madrasah tidak perlu berkecil hati. Contohnya saya, lulusan madrasah di Jombang bisa menjadi wakil gubernur dan masih banyak yang menjadi menteri maupun duta besar," katanya.
Kemnas pertama yang dihelat mulai 28 hingga 31 Juli 2009 itu, diikuti sekitar 500 peserta dan 250 orang official dari 33 provinsi. Materi yang dipertandingkan dalam Kemnas adalah keilmuan melalui lomba karya ilmiah remaja (LKIR), seni dan olah raga.
Kegiatan yang menghabiskan dana sekitar Rp2,5 miliar itu, memperebutkan piala bergilir Menteri Agama dan uang pembinaan, serta akan dipilih madrasah unggulan.(ant/ts)

Kompetisi dan Expo Madrasah Wadah Kreativitas Siswa

Malang, 29/7 (Pinmas)--Dirjen Pendidikan Islam Depag Prof Dr. Muhammad Ali, MA menegaskan bahwa Kompetisi dan Expo Madrasah 2009 adalah ajang untuk mengembangkan potensi dan kreativitas siswa madrasah.
"Selain itu juga untuk menumbuhkan watak jujur, kreatif, cermat dan berdaya saing serta membangun citra madrasah,`` papar Ali dalam pembukaan Kompetisi dan Expo Madrasah 2009 di Stadion Gajayana, Malang Rabu (29/7)
Ajang ini juga sebagai sarana untuk mengembangkan intelektualitas dan moralitas para siswa madrasah. Kompetisi dan Expo Madrasah ini menurut Ali berlangsung dari tanggal 29 hingga 31 Juli mendatang.
Kompetisi ini diikuti oleh 420 siswa madrasah dari 33 provinsi. Nomor yang dipertandingkan antara lain Bulutangkis, lari marathon, Kaligrafi, Film Pendek, Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) bidang keagamaan, LKIR bidang ekonomi, sosial, LKIR bidang science and technology serta pidato berbahasa Arab dan bahasa Inggris.


Juga akan diberikan Madrasah Award bagi sejumlah madrasah terbaik, ia menjelaskan.(ant/ts)

Menag dan KH. Tolchah Hasan Diskusikan Pendidikan

Malang,30/7(Pinmas)--Menteri Agama (Menag) Muhammad Maftuh Basyuni dan Prof. KH Tolchah Hassan, Rabu malam, membicarakan persoalan materi pendidikan di lingkungan madrasah yang dirasakan belakangan ini mengalami degradasi, khususnya bidang akhlak.
Pembicaraan tersebut berlangsung tanpa disengaja, karena Maftuh mendatangi kediaman mantan menteri agama Tolchah Hassan, di Malang, awalnya dengan maksud membesuk rekannya itu yang dikabarkan tengah sakit.
Tolchah memang tengah demam karena kelelahan bepergian beberapa hari terakhir mengunjungi berbagai tempat kegiatan ibadah dan sosial. Namun ia tampak segar dan menyambut Maftuh yang didampingi Irjen Depag, Suparta.
Awalnya pembicaraan kedua orang tersebut berjalan santai, namun ketika Maftuh bercerita tentang berbagai program kerja Depag, seperti persoalan KKN, kerukunan agama, haji dan pendidikan, Tolchah antusias memperhatikan dan memberi komentar.
Hal itu tampak dari komentarnya yang kerap diwarnai ungkapan keprihatinannya terhadap materi pendidikan dewasa ini. Kini jerih payah para tenaga didik belum membuahkan hasil maksimal, katanya.
Maftuh juga melontarkan ungkapan yang hampir sama namun keduanya sepakat bahwa hal itu juga dapat terjadi disebabkan tak adanya keteladanan di lingkungan lembaga pendidikan itu sendiri.
Menurut Tolchah, bukan itu saja, kurikulum di madrasah pun harus dibenahi namun ketika hal itu dilakukan, yang terjadi adalah kebutuhan anggaran yang besar. Akibatnya, anak kurang mampu tak mungkin dapat mengikuti kurikulum yang diterapkan.
Solusinya, melakukan subsidi silang sehingga anak berprestasi kendati orang tuanya tak mampu bisa ikut pendidikan bersangkutan, katanya.
Yang jelas, kata Tolchah, dewasa ini telah terjadi degradasi moral karena pendidikan lebih mengedepankan aspek fisik ketimbang moralitas dan religius.
Karena itu, baik Menag dan Tolchah Hassan sepakat bahwa kurikulum pendidikan perlu ditinjau ulang. Meski nanti dalam penerapannya akan menimbulkan biaya tinggi, hal itu harus dilakukan jika bangsa Indonesia tak ingin ketinggalan dengan bangsa lain.(ant/ts)

Senin, Juli 27, 2009

Sukseskan PORSENI GURU MADRASAH Tingkat Jawa Barat Tahun 2009

Dalam rangka meningkatkan silaturrahim antar guru madrasah dan meningkatkan kualitas guru madrasah dalam bidang olahraga dan seni, maka Dewan Pengurus Wilayah Persatuan Guru Madrasah Provinsi Jawa Barat akan mengadakan Pekan Olahraga dan Seni (PORSENI) Guru Madrasah se-Jawa Barat yang akan dilaksanakan pada tanggal 5-9 Agustus 2009 di Kabupaten Sukabumi.
Adapun cabang olahraga dan seni yang dipertandingkan adalah :
1. Bulu Tangkis
2. Tenis Meja
3. Bola Voly
4. Catur
5. Gerak Jalan
6. Karaoke Qasidah, dan
7. Kaligrafi
Kepada seluruh lapisan masyarakat Jawa Barat, mari kita Sukseskan PORSENI GURU MADRASAH Tingkat Jawa Barat Tahun 2009.
(Badrudin)

Sabtu, November 15, 2008

Tanggapan DPP PGM (Badrudin/sekretaris I)



Wahai saudara2ku seperjuangan, saat ini PGM sdg terus berjuang utk dpt eksis ditgh2 masyarakat antara lain melakukan proses legalitas formal organisasi dan audiensi dg pihak terkait baik langsung maupun tidak langsung (Depag RI, Komisi VIII dan X DPR-RI, Ketua DPD-RI). oleh karena itu dukung terus PGM. Utk hasil munas silahkan lihat di postingan PGM-net.tk dibawah ini atau akan kami kirimkan via E-mail anda setelah legalitas formal kami dapatkan. Tolong tulis alamat E-mail anda di kolom chating.

Selasa, September 09, 2008

Sabtu, Agustus 23, 2008

SELAYANG PANDANG PERSATUAN GURU MADRASAH (PGM)

Selayang Pandang
PERSATUAN GURU MADRASAH

Tujuan pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa dan berakhlaq mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur dan beradab berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Klik judul diatas untuk lanjut.... (kata blezink)


Kaitan dengan hal tersebut, guru madrasah yang merupakan bagian dari pendidikan nasional mempunyai fungsi, peran dan kedudukan yang strategis dalam pembangunan pendidikan, sehingga perlu dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat dan profesional. Untuk mencapai profesi yang bermartabat guru madrasah perlu membentuk organisasi profesi yang tersebar dari pusat sampai dengan kecamatan-kecamatan.
Persatuan Guru Madrasah yang disingkat PGM adalah organisasi profesi bagi guru-guru madrasah yang didirikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Bagian Kesembilan tentang Organisasi Profesi dan Kode Etik Pasal 41 :
(1) guru dapat membentuk organisasi profesi yang bersifat independen
(2) organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi untuk memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karier, wawasan kependidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan, dan pengabdian kepada masyarakat,
(3) guru wajib menjadi anggota organisasi profesi,
(4) pembentukan organisasi profesi sebagaimana ayat (1) dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan,
(5) pemerintah dan/atau pemerintah daerah dapat memfasilitasi organisasi profesi guru dalam pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi guru.
PGM di bentuk pada tanggal 23 Juli 2008 di Jakarta serta dideklarasikan pada tanggal 24 Juli 2008 di Aula Pandansari, Cibubur Jakarta dengan dihadiri oleh 1.260 guru madrasah yang berasal dari 12 Provinsi dan 26 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta.
PGM lahir atas prakarsa PGM Jawa Barat yang kelahirannya merupakan inisiatif dari PGM Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, PGMPAI Kota Bogor, PGMRI Kota Depok, PGM Kabupaten Bogor pada saat kondisi guru madrasah tidak sebaik guru-guru yang ada disekolah pada umumnya, hal ini terbukti dengan adanya perlakuan diskriminatif terhadap guru madrasah oleh masyarakat maupun pemerintah, antara lain ketika para guru di sekolah umum mendapatkan THR, tunjangan kesehatan, tunjangan kesejahteraan yang bersumber dari APBD sementara guru madrasah tidak mendapatkan hal tersebut, serta tidak proporsional dan tidak adilnya ketika kuota bantuan terhadap sarana prasarana pendidikan digulirkan.
Agar keberadaan PGM lebih diakui oleh berbagai pihak, maka atas inisiatif DPW PGM Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten diadakanlah Musyawarah Nasional Guru Madrasah pada tanggal 23-24 Juli 2008 di Taman Wiladatika Cibubur, Jakarta dengan menghasilkan beberapa keputusan antara lain berdirinya Organisasi Profesi Guru Madrasah yaitu PGM, AD dan ART PGM, Ketua Umum DPP PGM yaitu Prof. Dr. H. Abdul Majid, MA (Guru Besar Pengkajian Islam UPI Bandung/Ketua Umum FK-KBIH/Team Assesor BAN PT Depdiknas/Konsultan di Direktur PAIS Dirjen PENDIS Departemen Agama RI).
Masalah lain yang dihadapi oleh guru madrasah adalah kurangnya kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia/guru madrasah, hal ini pula yang menyebabkan PGM berdiri dan bangkit untuk memperjuangkan kualitas dan kesejahteraan guru madrasah.
Sebagai organisasi profesi, PGM tentunya memiliki Visi dan Misi. Adapun Visi dan Misi PGM sebagai berikut :

VISI
MEWUJUDKAN GURU MADRASAH YANG AMANAH, PROFESIONAL, DAN HUMANIS BERDASARKAN IMAN DAN TAKWA

MISI
1. Meningkatkan Budaya Kerja Guru madrasah yang kreatif, inovatif, produktif, dan bertanggungjawab
2. Meningkatkan kualitas Pendidikan di Madrasah
3. Mengoptimalkan pembelajaran secara kompetitif dalam berbagai kegiatan
4. Membangun kerjasama yang baik dengan pihak terkait baik langsung maupun tidak langsung
5. Menempatkan diri guru madrasah sebagai uswatun hasanah

Selain Visi dan Misi PGM memiliki tujuan meningkatkan kualitas madrasah secara umum dan peningkatan kualitas sumber daya manusia/guru pada khususnya serta meningkatkan kesejahteraan guru baik lahir maupun bathin. Madrasah dan guru madrasah adalah dua pilar utama yang menjadi ruh berdirinya PERSATUAN GURU MADRASAH sekaligus sebagai landasan perjuangannya.